Nama Hadeli Hasibuan terpuruk dalam ingatan sejarah sebagai salah satu tokoh yang berani mengambil risiko besar. Tak ada yang menyangka, dirinya akan menjadi pusat perhatian dalam sebuah sayembara yang ditawarkan oleh Presiden Soekarno yang penuh tantangan.
Memasuki paruh kedua tahun 1965, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat parah. Berbagai faktor mengakibatkan krisis ini, mulai dari dampak politik yang tidak stabil hingga lonjakan harga barang yang melampaui batas wajar.
Ketika banyak orang merasa putus asa, Hadeli muncul dengan keberanian yang luar biasa, siap menghadapi kemungkinan terburuk dalam usahanya untuk membawa perubahan. Dengan segala resiko yang dihadapi, Hadeli tidak ragu untuk melangkah maju.
Hadeli Hasibuan: Siapa Dia dan Apa Yang Dilakukan
Hadeli Hasibuan adalah seorang pengacara yang berani melangkah maju ketika banyak kandidat lain tidak punya keberanian. Setelah pidato Soekarno yang menyatakan sayembara untuk mencari Menteri Penurunan Harga, dia langsung mengirimkan surat lamaran ke Istana Merdeka.
Saat diundang ke Istana, ia dihadapkan pada tantangan yang sangat berat; jika gagal, nyawanya menjadi taruhannya. Ide-ide yang dia kemukakan adalah mengenai liberalisasi ekonomi, serta efisiensi anggaran yang jelas berbeda dengan kebijakan Soekarno saat itu.
Hadeli mulai menjelaskan gagasan-gagasannya kepada media setelah pertemuan di Istana. Salah satu pandangannya yang menonjol adalah perlunya memberi ruang kepada sektor swasta dalam pengelolaan sumber daya ekonomi.
Misi Berisiko Tinggi yang Dihadapi Hadeli
Dalam konteks ekonomi yang tidak menentu, Hadeli tidak merasa gentar. Ia melihat peluang untuk memperbaiki situasi dan siap menjalani konsekuensi terburuk jika ide-idenya tidak berhasil. Dalam autobiografinya, ia menekankan keyakinannya dalam konsep yang dia sampaikan.
Dia meyakini bahwa penghematan dan pembangunan yang tidak perlu akan menghentikan tekanan ekonomi. Untuk mewujudkannya, Hadeli mengusulkan penghentian proyek-proyek yang tidak mendesak dan menyerahkan peran penting kepada sektor swasta.
Namun, pandangan dan ide-ide inovatif itu bertabrakan dengan kebijakan anti-liberalisasi yang dianut oleh Soekarno. Ketegangan ini membuat Hadeli akhirnya dinyatakan tidak layak untuk menjabat sebagai Menteri Penurunan Harga.
Kekuasaan dan Keberanian yang Berujung Gagal
Meski gagal menjadi menteri, Hadeli mendapatkan perhatian luas dari media. Walaupun namanya tidak terpilih, gagasan-gagasannya tetap menjadi bahan perbincangan publik. Berita mengenai dirinya dan ide-ide yang ia miliki tersebar secara luas.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tidak mampu dibenahi sesuai harapan Soekarno. Kepemimpinan kemudian berpindah tangan kepada Jenderal Soeharto, yang dengan cara berbeda berhasil memperbaiki kondisi ekonomi negara.
Meski sejarah tidak berpihak pada Hadeli saat itu, dia tetap dikenang sebagai satu-satunya tokoh yang berani mempertaruhkan nyawanya demi kesejahteraan bangsa. Keberaniannya tetap menjadi sorotan dan inspirasi bagi generasi berikutnya.