Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Jepang pada 20 September 2025 menjadi momen penting dalam memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau Paviliun Indonesia di Osaka Expo 2025, sekaligus mempromosikan inovasi dan kerja sama internasional.
Presiden Prabowo bukanlah yang pertama dari Indonesia yang mengunjungi Jepang, melainkan bagian dari sejarah panjang interaksi kedua negara ini. Sejarah menunjukkan bahwa kunjungan para pemimpin Indonesia ke Jepang merupakan refleksi eratnya hubungan diplomat dan sosial yang telah terjalin selama bertahun-tahun.
Saat mencermati kembali, terdapat kisah unik yang sering terlupakan, yaitu keterlibatan yakuza dalam pengawalan kunjungan Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno. Kisah ini memberikan gambaran sejarah yang menarik tentang bagaimana situasi politik dan keamanan dapat membentuk dinamika suatu kunjungan negara.
Pentingnya Kunjungan Presiden Indonesia ke Jepang
Sejak awal, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang dibangun atas dasar saling menghormati dan kerjasama. Kunjungan presiden menjadi ajang untuk memperkuat hubungan ini dalam konteks global yang semakin kompleks. Melalui pertemuan ini, harapannya hubungan ekonomi dan budaya dapat semakin erat.
Beberapa aspek investasi dan perdagangan juga dibicarakan selama kunjungan ini, menegaskan pentingnya Jepang sebagai salah satu mitra penting Indonesia. Dengan setiap kunjungan pemimpin, peluang baru untuk kerjasama di bidang teknologi, pendidikan, dan pariwisata selalu terbuka.
Di samping itu, dukungan Jepang terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia juga perlu dicatat sebagai bagian dari kontribusi yang berkelanjutan. Kunjungan ini diharapkan bisa membawa angin segar bagi perkembangan ekonomi dan sosial di kedua negara.
Sejarah Kunjungan Soekarno yang Jarang Diketahui
Ketika Presiden Soekarno melakukan lawatan ke Jepang pada 29 Januari hingga 11 Februari 1958, situasi di tanah air tengah memanas. Indonesia sedang menghadapi gejolak gerakan Permesta yang menuntut otonomi daerah, mengancam stabilitas pemerintahan. Di sinilah peran keamanan menjadi sangat penting bagi keselamatan presiden.
Selama kunjungan tersebut, Soekarno dijadwalkan untuk bertemu dengan berbagai tokoh penting dari Jepang, termasuk Perdana Menteri dan Kaisar. Namun, di balik layar, tim pengamanan presiden merasa cemas dengan kabar ancaman yang mengintai, sehingga memerlukan langkah-langkah luar biasa untuk menjaga keselamatan Soekarno.
Dalam konteks itu, kolaborasi dengan anggota yakuza menjadi salah satu alternatif pengawalan. Yakuza, yang dikenal sebagai kelompok gangster di Jepang, ternyata bersedia membantu menambah lapisan keamanan bagi presiden Indonesia. Keberadaan mereka menambah kekuatan bagi tim pengamanan resmi Soekarno.
Yakuza dan Keamanan Soekarno Selama di Jepang
Soekarno berkunjung pada waktu yang bersamaan dengan tokoh pemberontakan Ventje Sumual yang juga berada di Jepang. Meski Ventje menyatakan niatnya bukan untuk menyerang Soekarno, tetap ada kekhawatiran berlebihan dalam tim pengamanan. Dalam situasi tegang ini, keputusan untuk menggunakan jasa yakuza menjadi solusi yang ditegaskan dalam sejarah tersebut.
Keterlibatan yakuza sangat kontroversial dengan potensi risiko terhadap reputasi kedua negara. Namun, langkah ini diambil sebagai respons nyata terhadap ancaman yang ada dan menunjukkan bagaimana kebutuhan keamanan dapat memicu kolaborasi tak terduga. Yakuza diutus untuk menggawalkan Soekarno, memberikan jaminan tambahan bagi keselamatannya.
Berdasarkan laporan media saat itu, pengawalan yang ketat juga dilakukan oleh polisi Jepang. Walau begitu, tak jelas apakah mereka merupakan anggota yakuza atau tidak. Pasalnya, pengawalan terhadap Soekarno dikatakan sangat teratur, melibatkan pengamanan yang solid.
Implikasi Kunjungan dan Keputusan Cepat Soekarno
Kondisi keamanan yang tegang mendorong istana untuk mempercepat kunjungan presiden. Awalnya dijadwalkan selama 18 hari, kunjungan Soekarno hanya berlangsung 13 hari akibat situasi yang dinilai kritis. Ini menunjukkan seberapa signifikan pengaruh keadaan internal Indonesia terhadap hubungan luar negeri.
Selain itu, informasi tentang keadaan Ibu Negara Fatmawati yang diperkirakan akan segera melahirkan turut menjadi faktor yang mempercepat keputusan tersebut. Kunjungan yang seharusnya menjadi sebuah agenda besar, terpaksa dipangkas demi stabilitas dalam negeri.
Pada akhirnya, kunjungan Soekarno ke Jepang menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana geopolitik dan dinamika domestik saling berkaitan. Momen-momen tersebut mengingatkan kita akan kompleksitas hubungan antarnegara, yang sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak selalu tampak di permukaan.











