Hari ini, Jepang menjadi sorotan dunia berkat kemajuan teknologi dan inovasi yang mencolok. Namun, di balik prestasi ini terdapat cerita yang jarang dibahas, yaitu kebangkitan Jepang pada abad ke-19 yang dipicu oleh seorang remaja berusia 15 tahun.
Dengan latar belakang yang tertutup oleh kebijakan isolasi selama hampir dua abad, Jepang berusaha menjaga tradisi dan budaya mereka. Situasi ini berangsur-angsur berubah ketika negara-negara Barat mulai menunjukkan kekuatan mereka.
Perubahan besar ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui kesadaran yang muncul pada kalangan elit Jepang. Mereka menyadari bahwa jika tetap berpegang pada cara lama, kemunduran akan menanti.
Awal Kebangkitan: Kebijakan Isolasi Jepang dan Dampaknya
Jepang berada di bawah kebijakan sakoku yang diterapkan oleh Kesyogunan Tokugawa sejak tahun 1633. Dalam periode ini, Jepang sangat tertutup terhadap pengaruh luar dan ini menghambat perkembangan mereka.
Selama lebih dari 200 tahun, interaksi internasional hanya terbatas di Pulau Dejima yang ada di Nagasaki. Di sinilah hanya dua negara yang diperbolehkan melakukan perdagangan: Belanda dan China.
Dunia luar bertransformasi dengan cepat, sementara Jepang stagnan. Revolusi industri dan perubahan politik di Eropa dan Amerika baru mulai menyentuh pemikiran orang-orang Jepang menjelang pertengahan abad ke-19.
Kedatangan Kapal Amerika dan Kesadaran Baru
Moment kritis terjadi pada tahun 1853 ketika kapal perang Amerika datang ke Jepang dengan tujuan memaksa pembukaan jalur perdagangan. Kejadian ini mengejutkan negeri yang selama ini terisolasi.
Melihat kemajuan teknologi yang mereka miliki, para pemimpin Jepang menyadari bahwa kebijakan isolasi telah membuat mereka tertinggal. Kewajiban untuk berubah menjadi semakin mendesak.
Reaksi ini mendorong lahirnya ide-ide baru yang melibatkan perubahan fundamental dalam struktur pemerintahan dan masyarakat Jepang untuk mencapai modernisasi.
Siapa Kaisar Meiji dan Perannya dalam Restorasi?
Mitsuhito, seorang remaja berusia 15 tahun, diangkat menjadi Kaisar Jepang ke-122 pada tahun 1867 dan dikenal sebagai Kaisar Meiji. Ia menjadi simbol perubahan yang tengah berlangsung di Jepang.
Kaisar Meiji tidak bekerja sendiri dalam proyeksi ini, ia didukung oleh para bangsawan dan tokoh-tokoh berpengaruh lainnya. Bersama mereka, ia merumuskan kebijakan yang akan membawa Jepang menuju era modern.
Langkah awal yang diambil termasuk mengirim anak-anak muda Jepang untuk belajar ke negara-negara barat guna mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju.
Modernisasi dan Akhir Kebangkitan Jepang
Kaisar Meiji berperan aktif untuk terjun langsung ke dalam masyarakat. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada rakyat adalah dengan melakukan blusukan di berbagai daerah.
Melalui pendekatan ini, ia mampu memahami realitas yang dihadapi masyarakat dan semakin menciptakan ikatan antara kekaisaran dan rakyat. Loyalitas rakyat kepada kekaisaran pun semakin kuat.
Selain itu, untuk mempercepat proses modernisasi, Jepang mendatangkan tenaga ahli asing dari berbagai bidang untuk mengajarkan teknologi dan ilmu pengetahuan baru.
Di sektor ekonomi, muncul sistem perbankan modern yang membantu perkembangan bisnis. Jepang mulai mengimpor bahan mentah dan mengolahnya untuk diekspor, suatu langkah penting menuju industrialisasi.
Pada akhirnya, kebangkitan ini menjadikan Jepang sebagai negara Asia pertama yang berhasil mengadopsi industrialisasi modern sepenuhnya. Jepang menunjukkan kepada dunia bahwa transformasi dapat terjadi, bahkan dari dalam jaringan tradisional yang sudah lama ada.
Kaisar Meiji meninggal dunia pada 30 Juli 1912, dan banyak masyarakat Jepang menganggapnya sebagai sosok bersejarah yang mengubah arah tampuk kepemimpinan dan mempersiapkan Jepang untuk menghadapi dunia. Keberaniannya dalam mengambil risiko dan melawan tradisi menjadikannya figur nyata dalam sejarah transformasi Jepang.