Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, baru-baru ini mencermati fenomena menarik yang terlihat di pusat perbelanjaan, yaitu Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya). Dia menyatakan bahwa fenomena ini bukanlah hal baru, melainkan bagian dari dinamika yang telah berlangsung lama di sektor ritel.
Menurut Alphonzus, perkembangan fungsi mal kini semakin beragam. Pusat perbelanjaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja, namun juga menjadi lokasi untuk berbagai kegiatan edukasi, sosial, dan hiburan.
Alphonzus menjelaskan bahwa pengunjung biasanya datang untuk lebih dari sekedar berbelanja. Dengan banyaknya fasilitas yang disediakan, mereka juga menikmati berbagai aktivitas yang ditawarkan saat berkunjung ke mal.
Berdasarkan pengamatannya, fenomena Rojali dan Rohana dapat dilihat sebagai refleksi dari perubahan pola perilaku konsumen yang alami. Terutama saat memasuki masa low season, kondisi ini menjadi lebih menonjol dan menjadi perhatian banyak pihak.
Perubahan Perilaku Konsumen di Era Baru
Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku konsumen telah mengalami perubahan signifikan. Kini, banyak orang menganggap mal sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi, bukan sekadar tempat berbelanja. Ini menunjukkan bahwa pengalaman berbelanja telah bergeser menjadi pengalaman sosial yang lebih luas.
Hal ini semakin diperkuat dengan adanya berbagai fasilitas di dalam mal, seperti tempat makan, bioskop, dan area bermain. Pengunjung kini merasa lebih terhubung dengan lingkungan sosial mereka saat berada di mal. Ini menjadi salah satu alasan mengapa Rojali dan Rohana kian marak muncul.
Dalam konteks ini, pusat perbelanjaan dituntut untuk beradaptasi dan menawarkan lebih banyak layanan dan kegiatan. Ketersediaan berbagai hiburan dan edukasi di mal menjadi hal yang penting bagi menarik minat pengunjung.
Dampak Musiman terhadap Kunjungan Pengunjung Mal
Musim belanja di pusat perbelanjaan memang memiliki siklusnya tersendiri. Semakin mendekati periode liburan atau festival, biasanya intensitas kunjungan akan meningkat. Namun, pada saat low season, fenomena Rojali dan Rohana menjadi lebih terlihat.
Berdasarkan penjelasan Alphonzus, fenomena ini bukanlah indikasi bahwa minat belanja masyarakat berkurang. Sebaliknya, fenomena ini justru menunjukkan adanya perubahan dinamis dalam strategi pengunjung saat menggunakan fasilitas yang ada di mal. Ini memberikan gambaran bahwa mal tetap menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Pada gilirannya, hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi pengelola mal untuk bekerja lebih keras dalam menarik pengunjung. Dengan begitu, meskipun berada di musim sepi, pengunjung tetap ramai datang ke pusat perbelanjaan.
Strategi Pengelolaan Mal untuk Pemulihan Pasca Pandemi
Menyusul dampak dari pandemi, para pengelola mal harus melakukan berbagai inovasi. Adaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen menjadi kunci dalam mengembalikan minat masyarakat untuk berkunjung. Berbagai strategi baru mulai diterapkan, dari peningkatan kebersihan hingga inovasi layanan digital.
Selain itu, momen-momen spesial seperti festival belanja menjadi cara efektif untuk menarik perhatian konsumen. Dalam skenario ini, penting bagi mal untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai stakeholder untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
Optimisme mengenai pertumbuhan industri ritel pada 2025 mencerminkan potensi pemulihan yang dapat terjadi. Meskipun terdapat tantangan, sinergi antara pelaku usaha dan pengunjung akan membawa dampak positif bagi perkembangan pusat perbelanjaan.
Fungsi Sosial dan Edukasi Pusat Perbelanjaan Masa Kini
Pentingnya fungsi sosial dalam pusat perbelanjaan semakin terlihat. Kini, banyak mal yang menyelenggarakan berbagai workshop dan kegiatan edukatif yang menarik minat masyarakat. Hal ini menjadi nilai tambah bagi pengunjung yang mencari pengalaman lebih dari sekadar berbelanja.
Pusat perbelanjaan kini juga berperan sebagai tempat berkumpul bagi komunitas. Dengan adanya berbagai acara dan kegiatan, pengunjung tidak hanya menikmati pengalaman berbelanja, tetapi juga menjalin hubungan sosial yang lebih baik.
Dengan melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan edukatif, mal dapat menciptakan kedekatan dengan pengunjung. Ini adalah peluang bagi pengelola untuk menawarkan lebih banyak layanan yang relevan bagi masyarakat, sehingga menarik lebih banyak pengunjung.