Kemajuan dalam bidang kesehatan telah berdampak signifikan pada demografi di Indonesia, membuat jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat. Dengan adanya peningkatan angka harapan hidup, masyarakat perlu lebih memperhatikan kualitas hidup lansia agar tetap sehat dan produktif saat mencapai usia tua.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa dalam dekade mendatang, Indonesia akan memasuki era masyarakat menua dengan lebih dari 10 persen dari total populasi berusia lanjut. Hal ini menuntut perhatian serius dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia di seluruh negeri.
Di tengah tren demografi ini, Provinisi Bali mulai terlihat sebagai lokasi yang mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah lansia. Proyeksi BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2025, proporsi lansia di Bali diperkirakan mencapai 14,9 persen, dengan beberapa kabupaten, seperti Tabanan, menduduki posisi tertinggi.
Dengan data tersebut, penting untuk memahami kebutuhan dan tantangan yang dialami lansia saat ini, terutama dalam konteks kesehatan, sosial, dan ekonomi. Selain itu, program-program yang mendukung kesejahteraan lansia perlu terus dikembangkan untuk mendukung mereka dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.
Kabupaten Tabanan, misalnya, menunjukkan angka proporsi lansia yang mencapai 19,87 persen. Context ini menciptakan kebutuhan mendesak bagi pemerintah dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah lansia.
Kegiatan Lanjut Usia Berdaya (SIDAYA) yang difasilitasi oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) dan BKKBN di Desa Pertima merupakan salah satu inisiatif positif. Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen, termasuk siswa, warga lansia, serta pemangku kebijakan, untuk membahas dan merencanakan program kesejahteraan lansia.
Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Melalui Program Inisiatif
Program SIDAYA, yang diadakan di Desa Pertima, menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. Kegiatan ini melibatkan sekitar 70 peserta dari berbagai latar belakang untuk diskusi dan pemrograman yang berfokus pada lansia.
Inisiatif ini juga sejalan dengan tujuan nasional yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan lansia. Melalui tiga pilar active ageing—yaitu sehat, aman, dan partisipatif—program ini diharapkan dapat membantu lansia beradaptasi dengan perubahan demografi.
Keseluruhan kegiatan tersebut dirancang untuk memberi kesempatan pada lansia untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Partisipasi ini sangat penting, karena dapat membantu lansia merasa lebih dihargai dan memiliki peran dalam komunitas.
Dari hasil kegiatan, diharapkan ada umpan balik yang bisa membawa perubahan positif dalam kebijakan dan program yang ada. Hal ini menciptakan ruang untuk kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi isu-isu yang dihadapi lansia.
Melalui partisipasi aktif berbagai stakeholder, kegiatan ini juga berpotensi untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya menjaga kesejahteraan lansia di masyarakat. Dengan bekerja sama, tantangan yang dihadapi lansia bisa diatasi dengan lebih efektif.
Kesehatan Mental dan Fisik Lansia yang Terabaikan
Kesehatan mental dan fisik merupakan aspek penting yang sering kali diabaikan dalam diskusi tentang kesejahteraan lansia. Meskipun terdapat peningkatan dalam layanan kesehatan, perhatian yang cukup terhadap penyakit mental dan kecemasan pada lansia masih kurang.
Perlu diingat bahwa kesehatan mental sangat penting untuk kualitas hidup yang baik di usia tua. Lansia yang mengalami stres dan depresi sering kali menghadapi kesulitan dalam berinteraksi sosial dan mempertahankan kesehatan fisik yang baik.
Program seperti SIDAYA bukan hanya menyasar kesehatan fisik, tetapi juga bidang kesehatan mental dengan memberikan ruang bagi lansia untuk berbagi pengalaman. Pendekatan holistik ini dapat menjadi model yang baik untuk program-program selanjutnya.
Selain itu, dukungan moral dan sosial dari keluarga dan masyarakat juga memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan mental lansia. Interaksi sosial yang positif dapat membantu mereka merasa lebih bahagia dan puas dengan hidupnya.
Kolaborasi antara keluarga, pemangku kebijakan, dan organisasi sosial sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Ini dapat mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental di kalangan lansia.
Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi Lansia di Masyarakat
Pemberdayaan ekonomis merupakan faktor kunci dalam menjaga kesejahteraan lansia. Banyak lansia yang tidak memiliki sumber pendapatan yang memadai setelah pensiun, sehingga mereka harus mencari cara untuk tetap berdaya secara finansial.
Program-program pelatihan dan pendukung karir menjadi sangat penting untuk membantu lansia mengembangkan keterampilan yang relevan. Ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan sambil tetap aktif dalam kualitas hidup mereka.
Inisiatif komunitas yang berfokus pada kewirausahaan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi lansia. Dengan membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan, maka lansia dapat lebih mandiri secara finansial.
Pemberian modal usaha kecil bagi lansia yang berminat dalam usaha dapat menjadi solusi praktis yang membantu mereka. Hal ini juga dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga mereka yang lebih muda.
Keberhasilan pemberdayaan ekonomi lansia tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang mendukung kehidupan lansia yang aktif cenderung lebih stabil dan harmonis.











