Yurike Sanger, istri ketujuh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, meninggal dunia di Amerika Serikat pada Rabu waktu setempat. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengkonfirmasi bahwa perwakilan konsulat telah berkomunikasi dengan keluarga almarhumah untuk memberikan dukungan yang diperlukan.
Kisah hidup Yurike bersama Soekarno adalah bagian dari sejarah Indonesia yang penuh warna dan emosi. Pertemuan antara mereka menjadi momen penting yang mengubah jalannya hidup keduanya, dan menarik perhatian publik hingga saat ini.
Yurike lahir pada tahun 1945 dan tidak pernah menyangka akan bertemu dengan sosok berpengaruh seperti Soekarno. Pertemuan pertama mereka terjadi pada tahun 1963 saat Soekarno menghadiri acara kenegaraan, dan meski Yurike masih muda, kehadirannya memikat hati Sang Proklamator.
Awal Pertemuan yang Mengubah Hidup
Pertemuan pertama Yurike Sanger dan Soekarno berlangsung pada tahun 1963 di sebuah acara resmi. Yurike yang saat itu masih remaja berada dalam jajaran penyambut tamu dan berhasil menarik perhatian Soekarno yang merupakan seorang presiden yang sangat terkenal.
Setelah acara selesai, Soekarno memanggilnya untuk berkenalan lebih dekat. Kebersamaan tersebut menjadi awal dari sebuah kisah cinta yang tak terduga, yang mempertemukan dua dunia yang berbeda.
Soekarno dengan mudahnya mengajak Yurike untuk pulang bersamanya, sebuah tawaran yang sulit untuk ditolak. Dalam perjalanan pulang, Soekarno telah menyentuh berbagai topik, dari yang ringan hingga yang serius, termasuk soal pernikahan.
Lamaran yang Kontroversial dan Penerimaan Keluarga
Dalam perjalanan cinta yang tidak biasa, Soekarno mengajukan lamaran kepada Yurike. Dengan selisih usia yang cukup jauh, yaitu 44 tahun, orang tua Yurike sempat ragu untuk memberikan restu. Namun, akhirnya keluarga Yurike memutuskan untuk mendukung keputusan putri mereka.
Pernikahan mereka dilangsungkan pada 6 Agustus 1964, meskipun mereka tidak dikaruniai keturunan. Beberapa waktu setelah menikah, Yurike mengalami kehamilan yang berujung pada kelahiran prematur, yang menjadi tantangan tersendiri bagi mereka sebagai pasangan.
Dari hasil wawancara sejarawan, diketahui bahwa Soekarno sangat menghormati dan memahami kewajiban Yurike sebagai seorang istri, meskipun hal tersebut terkadang membuatnya merasa jengkel. Bagaimana tidak, Soekarno sering kali harus meninggalkan Yurike demi menjalankan tugas sebagai presiden.
Dinamika Rumah Tangga yang Rumit
Kehidupan bersama Soekarno bukanlah hal yang mudah bagi Yurike. Selain kesibukan sang suami yang tinggi, banyak permasalahan lain yang harus dihadapi. Ketidakpastian dan ketegangan politik zaman itu mengganggu stabilitas rumah tangga mereka.
Juga perlu dicatat bahwa Soekarno menikah lagi dengan wanita lain, yaitu Heldy Djafar, pada 11 Juni 1966, selepas periode ketika ia sudah menikah dengan Yurike. Hal ini menambah kompleksitas dalam kehidupan mereka.
Pasangan ini akhirnya memutuskan bercerai dengan perdamaian pada tahun 1967. Momen bersejarah tersebut menjadi penutup bagi satu bab yang penuh liku-liku dalam hidup Yurike.
Kehidupan Setelah Berpisah dan Warisan Cinta
Setelah perpisahan, Yurike memutuskan untuk menetap di Amerika Serikat dan menjalani kehidupan yang lebih tenang. Ia terus mengenang masa-masa indah bersama Soekarno meskipun hubungan mereka tidak bertahan lama. Sejarah cinta mereka menyimpan banyak cerita yang menarik untuk digali.
Yurike Sanger diingat sebagai sosok yang berani mengambil risiko dan mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidupnya. Hidupnya bergelombang, mulai dari remaja yang sederhana hingga menjadi bagian dari sejarah bangsa.
Perjalanan hidup dan cinta mereka telah dituangkan dalam beberapa buku, salah satunya yang terbit pada tahun 2010. Cerita tersebut semakin menambah warna dalam narasi sejarah Indonesia yang sering kali dipenuhi dengan kisah-kisah heroik dan dramatis.










