Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI baru-baru ini menemukan lima jamu yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan, terutama terkait dengan pengobatan asam urat. Temuan ini merupakan hasil dari patroli dan pengawasan mereka yang dilaksanakan dari tahun 2023 hingga triwulan pertama 2025, dan menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap produk jamu yang beredar di masyarakat.
Jamu-jamu ini terdeteksi mengandung bahan kimia obat (BKO) yang tidak sesuai dengan standar. Penggunaan bahan kimia yang tidak tepat dapat membawa dampak serius bagi kesehatan dalam jangka panjang, dan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hal ini.
Ada beberapa produk jamu yang dinyatakan berbahaya. Dalam hal ini, kesehatan pengguna bisa terancam akibat efek samping yang ditimbulkan oleh kandungan BKO dalam produk tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang produk yang dimaksud agar bisa mengambil keputusan yang bijaksana dalam penggunaan jamu tersebut.
Salah satu bahan kimia yang ditemukan adalah deksametason, yang merupakan jenis kortikosteroid. Jika dikonsumsi tanpa pengawasan medis, bahan ini bisa menyebabkan peningkatan risiko penyakit seperti diabetes dan osteoporosis. Hal inilah yang menjadi perhatian utama bagi BPOM, mengingat banyak orang mengandalkan jamu untuk pengobatan alternatif.
Penggunaan sodium diklofenak dalam jamu juga menjadi sorotan. Bahan ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan lambung, kegugupan, hingga gangguan pendengaran. Dalam beberapa kasus, penggunaan berlebihan bahkan dapat berujung pada masalah ginjal yang serius.
Detail Mengenai Jamu yang Ditemukan BPOM
Berikut adalah rincian lima produk jamu asam urat yang dinyatakan berbahaya oleh BPOM. Kondisi ini menunjukkan perlunya pengawasan lebih ketat terhadap produk herbal yang beredar di pasaran.
Produk pertama adalah Tong Mai Dan, yang terdeteksi mengandung deksametason dan natrium diklofenak. Kombinasi kedua bahan tersebut berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi pengguna.
Cap Madu Manggis adalah produk kedua yang bermasalah, mengandung sildenafil sitrat dan parasetamol. Sementara itu, sildenafil sitrat dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk gangguan pencernaan dan penglihatan.
Selanjutnya adalah Tawon Liar, yang mengandung tramadol. Penggunaan tramadol yang tidak terukur dapat memicu adiksi dan berbagai komplikasi kesehatan lainnya.
Asam Urat + Flu Tulang Ramuan Mahkota Dewa juga menjadi perhatian karena mengandung fenilbutazon dan parasetamol. Kedua bahan ini memiliki potensi untuk menyebabkan efek samping jika tidak digunakan dengan benar.
Risiko Kesehatan dari Penggunaan Bahan Kimia Obat dalam Jamu
Penggunaan BKO dalam jamu dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang signifikan. Selain dapat memicu komplikasi, banyak di antaranya yang tidak diketahui oleh sebagian besar pengguna jamu.
Efek samping dari deksametason, misalnya, dapat muncul dalam bentuk peningkatan berat badan dan juga gangguan hormonal. Ini mengingatkan kita bahwa tidak semua yang terlihat alami itu aman, terutama dalam konteks jamu.
Menggunakan sodium diklofenak bisa menyebabkan reaksi yang lebih serius, seperti pembengkakan dan gangguan lambung. Ini penting untuk diketahui, terutama bagi mereka yang berisiko mengalami masalah pencernaan.
Sildenafil sitrat yang ditemukan dalam Cap Madu Manggis dapat berbahaya terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain. Oleh karena itu, penting untuk melakukan konsultasi medis sebelum menggunakan jamu yang mengandung bahan ini.
Tramadol dalam Tawon Liar memiliki potensi efek adiktif yang dapat menyebabkan masalah jangka panjang bagi penggunanya. Oleh karena itu, bagi mereka yang mencari pengobatan alternatif, harus lebih berhati-hati.
Pentingnya Kesadaran akan Penggunaan Jamu dalam Pengobatan Tradisional
Kesadaran masyarakat dalam menggunakan jamu sebagai alternatif pengobatan harus ditingkatkan. Edukasi tentang risiko dan efek samping dari bahan aktif dalam jamu sangat penting dilakukan.
BPOM terus berupaya memberikan informasi yang akurat dan mudah diakses kepada publik. Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat lebih cermat dan bijaksana dalam memilih produk jamu yang mereka konsumsi.
Banyak orang mungkin merasa bahwa produk herbal lebih aman, namun kenyataannya bisa berbeda. Oleh karena itu, pendekatan yang tepat dalam menggunakan jamu sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan dan efek samping yang tidak diinginkan.
Kolaborasi antara pihak berwenang dan masyarakat sangat penting untuk meminimalkan risiko kesehatan dari penggunaan jamu. Masyarakat juga diharapkan untuk selalu mengecek informasi tentang produk yang akan digunakan sebelum memutuskan untuk mengonsumsinya.
Dengan perhatian yang lebih besar terhadap penggunaan jamu dan pengawasan yang ketat, diharapkan masyarakat bisa mendapatkan manfaat secara maksimal tanpa harus menghadapi risiko kesehatan yang berbahaya.











