Presiden Prabowo Subianto mengekspresikan keprihatinan mendalam mengenai praktik pemberian tantiem di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dianggapnya tidak adil. Kekecewaan ini terpancar saat ia menjelaskan betapa tidak wajar adanya komisaris yang menerima tantiem hingga Rp40 miliar per tahun, meskipun kehadirannya di rapat hanya satu kali dalam sebulan.
“Masa ada komisaris yang rapat sebulan sekali, tantiem-nya Rp 40 miliar setahun. Ini menciptakan ketidakadilan bagi para pekerja BUMN lainnya,” ujarnya. Prabowo juga menyampaikan bahwa ia telah menginstruksikan kepada Danantara untuk meninjau kembali kebijakan tersebut, serta menegaskan bahwa direksi tidak layak mendapatkan tantiem jika perusahaan mengalami kerugian.
Selama ini, ia meyakini bahwa pengelolaan BUMN tidak berjalan efisien, salah satu indikatornya adalah jumlah komisaris yang berlebihan. Ia pun berkomitmen untuk memangkas jumlah komisaris menjadi maksimal enam orang, bahkan jika memungkinkan hanya empat atau lima orang saja.
Kritik Terhadap Pemberian Tantiem yang Melanggar Etika
Kritik Prabowo terhadap sistem pembayaran tantiem ini menggambarkan bagaimana kebijakan harus mencerminkan akuntabilitas dan efisiensi. Banyak orang percaya bahwa imbalan yang tidak seimbang dapat merusak motivasi pegawai yang berkontribusi secara nyata. Dalam konteks ini, tantangan terbesar adalah memastikan bahwa setiap individu di BUMN mendapatkan porsi yang adil dan setara.
Melihat lebih dalam, banyak pihak mempertanyakan bahkan keberadaan komisaris yang tidak aktif atau jarang hadir. Dengan demikian, seringkali muncul pertanyaan mengenai dasar dari fungsi mereka. Praktik seperti ini dapat dianggap sebagai pemborosan anggaran, yang seharusnya dialokasikan untuk meningkatkan kinerja dan perkembangan perusahaan.
Fakta bahwa komisaris menerima imbalan yang begitu besar, sementara BUMN mungkin menghadapi kesulitan keuangan, menunjukkan perlunya reformasi mendasar. Ini bisa menjadi sinyal bahwa sistem insentif saat ini perlu ditinjau ulang dan disesuaikan untuk lebih memprioritaskan hasil dan keberlanjutan perusahaan.
Reformasi dalam Manajemen dan Struktur BUMN
Prabowo menekankan pentingnya reformasi dalam manajemen dan struktur BUMN. Dengan menyederhanakan struktur, dapat tercipta efisiensi dalam pengambilan keputusan serta meningkatkan efektivitas fungsi masing-masing komisaris dan direksi. Langkah ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif bagi perusahaan, tetapi juga bagi seluruh pegawai.
Beberapa analis berargumen bahwa manajemen yang ramping bisa juga meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan. Dengan jumlah komisaris yang lebih sedikit, diharapkan mereka yang terpilih dapat bekerja lebih fokus dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Hal ini akan menciptakan kepercayaan yang lebih besar dari masyarakat terhadap BUMN.
Selanjutnya, reformasi ini perlu dilengkapi dengan mekanisme pengawasan yang lebih baik. Ini menjadi kunci agar struktur yang baru dapat berjalan sesuai yang diharapkan, dan mencegah praktik-praktik yang tidak etis kembali terulang di masa mendatang.
Pentingnya Akuntabilitas dalam Pengelolaan Perusahaan
Akhirnya, aspek akuntabilitas menjadi vital dalam setiap langkah pengelolaan BUMN. Dalam konteks ini, perlunya transparansi dalam semua proses pengambilan keputusan tidak bisa diabaikan. Dengan adanya audit yang independen, diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara jelas bagaimana dana dikelola dan digunakan.
Penerapan prinsip akuntabilitas akan mendorong setiap pejabat di BUMN untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini akan menjadi pendorong utama untuk meningkatkan kinerja dan kuantitas hasil yang dicapai oleh perusahaan milik negara. Keberhasilan implementasi prinsip ini pada BUMN diharapkan bisa menjadi contoh bagi sektor lainnya.
Dalam jangka panjang, reformasi ini diharapkan mampu menciptakan BUMN yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dengan sistem yang baik dan struktur yang efisien, negara akan memperoleh keuntungan maksimal dari setiap BUMN yang ada, dan pada gilirannya, berkontribusi pada kemajuan ekonomi nasional secara keseluruhan.